Negara Tak Urus Cabai

Negara Tak Urus Cabai
Negara Tak Urus Cabai
Untuk sambal kemasan, sayang, kurang cocok di lidah orang kita. Kurang pedas. Ini memang soal kultur. Orang biasanya tak suka pula kepada cabai bubuk yang cocok untuk memasok industri makanan.

Adapun tentang bertanam cabai di halaman rumah masing, tak semua penduduk bisa melakukannya. Apalagi di perkotaan, yang rata-rata berhalaman sempit. Kecuali rumah gedongan, lahannya tersedia. Tapi orang the have ini mana mau bertanam cabai. Untuk apa? Semahal-mahalnya cabai, mereka bisa beli.

Di tengah-tengah anjuran itu, jangan-jangan sebentar lagi harga cabai kembali normal. Persislah, ujaran orang Minangkabau itu, habis cakak takana silek.

***

Anjuran-anjuran itu kelihatannya untuk menutupi "kegagalan" pemerintah menjaga stabilitas harga cabai. Dalam  banyak kesempatan, kita ingat bahwa Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu tidak percaya bahwa lompatan harga cabai karena ulah spekulan. Namun lebih disebabkan faktor musim penghujan yang membuat produksi cabai menjadi berkurang. Apalagi komoditas cabai tidak bisa ditimbun karena cepat busuk.

PEMERINTAHAN kita makin gemar melakoni pepatah orang Minangkabau. Habis cakak, takana silek. Usai berkelahi, teringat jurus silat. Apa gunanya lagi,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News