OKB, Kere di Saat yang Lain Kaya, Jatuh dan Kena Ambrukan

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

OKB, Kere di Saat yang Lain Kaya, Jatuh dan Kena Ambrukan
Ilustrasi - Pemulung memungut dan memilah sampah. Foto: ANTARA/Muhammad Zulfikar

Mereka yang berpenghasilan di bawah itu masuk kategori poor dan extreme poor.

Tanpa melihat angka statistik atau sensus yang sering mengelabui, kita bisa melihat sendiri kondisi sosial di sekitar kita. Sangat banyak orang-orang yang penghasilannya nol dan bahkan minus.

Mereka yang masih beruntung punya sisa tabungan, akan hidup ‘’mantap’’ (makan tabungan tetap).

Namun, mereka yang tidak punya tabungan, tidak ada pilihan kecuali mengandalkan bantuan sosial yang sangat tidak bisa diandalkan.

Bencana pagebluk ini melahirkan 2,7 juta OKB kere di Indonesia. Mereka bergabung dengan 25 juta orang-orang melarat yang sudah terlebih dulu ada.

Angka statistik menunjukkan jumlah orang melarat di Indonesia adalah sepuluh persen dari total penduduk yang 270 juta. Itu berarti ada 27 juta orang melarat di Indonesia, jumlah itu lebih besar dari penduduk Australia dan hampir sama dengan jumlah penduduk Malaysia.

Orang-orang kere baru ini disebut sebagai ‘’the new poor’’, atau dalam Bahasa Prancis ‘’nouveau pauvre’’. Sebaliknya, orang-orang kaya baru (OKB) disebut sebagai ‘’the new rich’’ atau ‘’nouveau riche’’.

Di Prancis, itu adalah istilah sosiologis yang punya konotasi politis. Dua kelas miskin dan kaya ini gapnya semakin besar dan kemudian menjadi salah satu pemicu revolusi 1789.

OKB yang ini bukan orang kaya baru, tetapi yang nasibnya sangat mengenaskan. Jatuh tertimpa tangga, kena ambrukan rumah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News