Penjualan Elpiji di Mojokerto Merosot

SPPBE Kembalikan 3.000 Tabung Rusak

Penjualan Elpiji di Mojokerto Merosot
Penjualan Elpiji di Mojokerto Merosot
Tak dipungkiri, tabung yang beredar di pasaran ada dua macam. Yaitu berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) dan non-SNI. Tahun 2007, selain SNI, juga dikeluarkan tabung non-SNI. Hal itu untuk memenuhi target. ""Pada tahun 2008, baru hanya SNI,"" katanya.

Namun, menurutnya, hal itu tidak semata-mata menjadi penyebab tabung meledak. Sebab, dari pengamatannya selama ini, terjadinya ledakan bisa disebabkan beberapa hal. Bisa saja karena sosialisasinya yang tidak tepat sasaran. Sehingga, dalam pemakaiannya tidak sepenuhnya paham. Termasuk kurang memperhatikan keamanan. ""Misalnya yang biasanya masak itu pembantu, yang diberi sosialisasi ibu rumah tangga. Atau yang diberi sosialisasi bapak-bapak yang tidak pernah masak,"" ujarnya.

Keberadaan regulator juga sangat mungkin menjadi penyebab ledakan. Regulator, menurutnya, ada masa gantinya. Sehingga, kalau tidak diperhatikan, bisa bocor dan tetap dipaksakan dipakai. Bisa juga karena slang dimakan tikus dan bocor. ""Untuk tabung bocor mungkin 0,01 persen. Sekian kasus (meledak), tabungnya masih utuh,"" ungkap Farid.

Selama beroperasi hingga sekarang, SPPBE di Desa Domas, Kecamatan Trowulan tersebut sudah mengembalikan sekitar 3 ribu tabung yang rusak. Dari total tersebut, 70 persen diantaranya adalah tabung SNI. Sedangkan sisanya non-SNI. Namun memang, tabung yang beredar, SNI jauh lebih banyak dibandangkan non-SNI. ""Tidak ada masalah. Semuanya diganti,"" katanya.

MOJOKERTO - Maraknya insiden ledakan yang dipicu gas elpiji berdampak pada penjualan di pasaran. Ditambah penyebab lain, penjualannya merosot hingga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News