Petugas Haji Kita pun Diusir Polisi Saudi

Petugas Haji Kita pun Diusir Polisi Saudi
Saleh Partaonan Daulay. Foto: M Fathra Nazrul Islam/JPNN

Ya memang bisa.  Jangankan untuk penyelenggara haji, tim perdamaian dunia yang dari PBB itu bisa mengirimkan pasukan. Indonesia bisa mengirimkan pasukan di situ. Apalagi hanya sekedar untuk pengawasan supaya keselamatan jamaah lebih maksimal. Pasti bisa.

Kenapa kita mendorong, karena di sana itu adalah representasi perwakilan seluruh umat muslim dari berbagai negara. Rata-rata petugas saudi, polisi dan tentara itu bisanya bahasa Arab. Sementara jamaah kita jangankan bahasa Arab, bahasa Indonesia saja pasif. Jadi hanya bisa dilakukan petugas kita yang harus diakui pemerintah Saudi.

Apa perlu pemerintah menginisiasi pertemuan negara-negara Islam dengan pemerintah Saudi?

Saya sudah merekomendasikan dari awal, bahwa ini perlu ada tukar pikiran, silaturahmi negara-negara yang punya misi haji di Arab Saudi. Karena penyelenggaraan haji betul ada di Saudi, tapi itu adalah milik dan hak seluruh umat muslim di dunia.

Terkait tragedi crane dan Mina, apa temuan tim?

Untuk Crane memang sejak awal banyak yang mengusulkan diturunkan sementara. Itu kalau kita datang ke Masjidil Haram itu seram, ada besi-besi crane menjulang tinggi. Itu ternyata memang berbahaya. Mestinya distop dulu.

Kedua di Masjidil Haram perlu ada warning system. Mestinya itu kan ada semacam tanda-tanda kalau mau terjadi bencana. Sebelumnya diketahui mau ada badai besar, harusnya ada sirine, emergency exit, sehingga ketika orang mau melarikan diri arahnya jelas. Sekarang lari ke sana ke mari. Itu kan masalah. Kemudian itu tadi, harus ada petugas-petugas yang bisa memandu jamaah dari masing-masing negara.

Tragedi Mina sendiri bagaimana?

SEDERET tragedi mewarnai penyelenggaraan ibadah haji tahun 2015. Mulai badai pasir yang menghempaskan tenda-tenda, tumbangnya crane hingga tragedi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News