Sepaket Bisa Untung Rp 4,5 Juta

Sepaket Bisa Untung Rp 4,5 Juta
Pemalsuan dokumen terbesar yang pernah ditangani Polrestabes Surabaya. FOTO: GUSLAN GUMILANG/JAWAPOS

jpnn.com - Belum meratanya distribusi e-KTP membuka peluang bisnis pemalsuan identitas. Buktinya, belakangan ini banyak masyarakat yang memanfaatkan jasa pembuatan KTP aspal untuk keperluan instan. Sebut saja untuk pengajuan kredit dan pembuatan paspor. Lantas, bagaimana sebenarnya pelaku pemalsuan selama ini bekerja? Berikut penelusuran Jawa Pos.

---

JASA pembuatan identitas palsu sudah sering didengar. Namun, menemukan mereka tidaklah mudah. Kalaupun ada yang menawarkan via website maupun forum jual beli di internet, hampir pasti mereka tidak mau diajak bertemu.

Transaksi yang mereka tawarkan selalu by mail. Artinya, data identitas dikirim via e-mail, uang pembayaran ditransfer sesuai dengan kesepakatan, kemudian barang dikirim setelah jadi. Artinya, tidak ada proses face-to-face ataupun transaksi COD (cash on delivery).

Salah seorang narasumber Jawa Pos pernah mencoba cara tersebut. Ada yang benar-benar memperoleh KTP aspal, namun ada pula yang menjadi korban penipuan. Berdasar penelusuran Jawa Pos, mayoritas jasa pembuatan palsu itu memanfaatkan identitas palsu.

Sebut saja data administratif di kontak info website si pembuat. Kebanyakan data yang berupa nama, alamat, nomor telepon, dan e-mail diisi ngawur alias fiktif. Begitu pula rekening bank yang digunakan untuk menerima pembayaran dari customer. Jadi, berpikirlah dua kali untuk memanfaatkan jasa pembuatan identitas palsu yang bertebaran di dunia maya.

Sebenarnya, bisnis pemalsuan identitas tidak hanya tersebar secara online. Bisnis itu juga digeluti secara offline oleh para calo yang selama ini berkecimpung dalam pengurusan identitas atau surat-surat tertentu.

Namun, lagi-lagi menemukan mereka tak mudah seperti halnya penawaran di dunia maya.

Untung, Jawa Pos menemukan seorang bernama Jonny. Dia mengaku pernah menjadi calo di sebuah kantor imigrasi, namun sekarang sudah "pensiun". Informasinya, Jonny tobat setelah beberapa tahun lalu ditangkap polisi. Perkenalan dengan Jonny itu melalui seorang teman yang pernah memesan KTP dan akta lahir kepada pria asal Sepanjang, Sidoarjo, tersebut.

Meski mengaku sudah pensiun, Jonny masih memiliki banyak kenalan para pemalsu identitas. Dalam sebuah kesempatan, Jonny mengajak Jawa Pos untuk bertemu dengan seorang yang mengaku bernama Arifin. Dia dikenal sebagai makelar pembuatan identitas palsu yang kerap membantu para calon tenaga kerja Indonesia (CTKI).

Dalam pertemuan dengan Arifin, Jonny memancing rekannya itu untuk berbicara seputar bisnis pembuatan identitas palsu. Dalam pembicaraan itulah, terekam betapa menggiurkannya bisnis tersebut. Arifin mengatakan sering mendapat order dari sebuah Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Langganannya, antara lain, sebuah perusahaan yang memiliki kantor di Surabaya Selatan.

Jonny sendiri tidak mengetahui perusahaan itu ilegal atau tidak. Yang jelas, perusahaan tersebut sering order satu set identitas palsu untuk keperluan pembuatan paspor calon TKI-nya. ''Nggawe paspor iku syarate akeh. Ben lancar yo kadang perlu disiasati,'' ujar Jonny yang menimpali Arifin.

Berdasar pengalaman Arifin, PJTKI itu biasanya memesan paling sedikit lima set identitas. Satu set identitas itu, antara lain, KTP, KK, dan akta lahir. Calon TKI, terutama yang berasal dari daerah-daerah pelosok, sering tidak memiliki identitas untuk pengurusan paspor. Nah, di sinilah peran tekong atau PJTKI menyiapkan identitas yang kurang.

Harga satu identitas itu biasanya dipatok Rp 350 ribu hingga Rp 500 ribu. Besaran nilai tersebut bergantung pada tawar-menawar antara calo dan tekong atau PJTKI. Harga langganan tentu berbeda dengan mereka yang baru 1-2 kali memesan.

Ternyata, harga yang dibanderol calo ke konsumennya itu berlipat-lipat dari harga produksi. Arifin membuka "dapurnya" dan mengatakan bahwa biaya produksi selama ini hanya sekitar Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu. Uang itu digunakan untuk membeli blangko identitas aspal dan jasa kerja desainer grafis.

Harga blangko itu pun bervariasi. Blangko untuk KTP paling mahal, yakni Rp 10 ribu per lembar. Dalam satu lembar kertas itu, ada delapan blangko KTP. Untuk KK dan akta, harga blangkonya Rp 4 ribu per lembar. Satu lembar tersebut hanya bisa digunakan untuk satu KK dan satu akta.

Jika harga pemesanan satu identitas palsu disepakati Rp 350 ribu dan hanya dipotong biaya produksi Rp 30 ribu, keuntungan Arifin bisa mencapai Rp 330 ribu per identitas. Jika satu set ada tiga identitas (KTP, KK dan akta lahir), keuntungannya Rp 990 ribu. Jika sekali order lima set identitas, keuntungan Arifin mencapai Rp 4,650 juta.

Dalam perbincangan itu, Jonny meyakinkan Arifin bahwa koran ini ingin membuat KTP untuk keperluan pengajuan kredit. Arifin pun menyanggupi. Dia meminta koran ini menuliskan data untuk KTP. Data yang diperlukan persis di KTP, termasuk tanggal pembuatan KTP. Tanggal itu ternyata cukup krusial karena memengaruhi nama pejabat yang bertanda tangan dan masa berlaku KTP tersebut.

Arifin juga meminta pasfoto. Karena saat itu koran ini belum menyiapkan pasfoto, akhirnya disepakati foto disusulkan keesokannya melalui Jonny. Koran ini pun bertanya tentang syarat untuk foto yang harus diserahkan.

Arifin menjawab, "Fotone sembarang pokok ngadep ngarep, background-ne engkok iso diganti sing nggarap,'' paparnya. Keesokannya, koran ini menyerahkan pasfoto berukuran 3 x 4 dengan latar belakang warna abu-abu. Arifin menjanjikan KTP itu selesai dua hari dengan alasan dia sedang banyak kerjaan.

Pesanan KTP pun akhirnya diselesaikan Arifin. Dia memberikan barang tersebut melalui Jonny. KTP itu plek dengan yang asli. Menurut Jonny, blangko KTP tersebut memang diklaim asli oleh Arifin. KTP yang diserahkan kepada Jonny itu berupa cetakan yang belum dilaminasi.

Menurut Jonny, biasanya memang pemesanan seperti itu. Proses laminasi dilakukan sendiri oleh klien. Menariknya, foto di KTP tersebut telah berganti background dengan warna merah. Hasil editan background pasfoto itu terlihat bagus. Pengerjaan dilakukan dengan cermat oleh si desainer grafis. ''Kalau yang pengalaman, mengerjakan satu KTP begini hanya butuh waktu tidak sampai 10 menit,'' tuturnya.

Jonny mengatakan, cepat dan lambatnya pengerjaan KTP oleh desainer grafis bukan karena faktor keahliannya. Melainkan terletak pada tersedia atau tidaknya template identitas yang dipesan. Seperti diketahui, KTP setiap kota tentu berbeda. Misalnya, beda stempel, tanda tangan, dan nama pejabatnya.

Jika ternyata pesanan KTP belum ada template-nya, si desainer akan membuatnya terlebih dahulu. Pembuatan akan memakan waktu lebih lama. Namun, lanjut Jonny, kebanyakan ''pemain lama'' sudah memiliki banyak template desain identitas. Para pelaku itu biasanya menyebut template dengan istilah mal-malan.

Jonny menambahkan, warna background foto pada KTP mengandung arti. Warna merah pada background untuk pemilik identitas dengan tahun lahir ganjil. Sedangkan warna biru untuk pemilik identitas dengan tahun lahir genap. "Kalau ada KTP aspal yang warna background fotonya tidak sesuai dengan tahun lahir, itu berarti yang membuat tidak pengalaman,'' tutur Jonny.

Dari pengalamannya terdahulu, Jonny mengaku sedikit bisa mengerjakan proses desain pembuatan KTP.

Menurut dia, software yang dibutuhkan hanya Corel Draw dan Photoshop. Pengerjaan ngemal (membuat template), mengisi data, hingga mencetak identitas dilakukan di Corel Draw. Photoshop hanya digunakan untuk mengubah background foto.

Jonny menjelaskan, kebanyakan makelar seperti Arifin jarang mendapatkan order langsung dari konsumen di luar keperluan pengurusan paspor bagi CTKI. Order untuk keperluan lain, semisal pengajuan kredit, biasanya didapat dari orang-orang yang pernah berhubungan kerja dengan si makelar.

Misalnya, karyawan PJTKI. Mereka mendapatkan order dari rekannya, kemudian meneruskan ke makelar seperti Arifin. Pola itulah yang kadang menjadikan harga pembuatan identitas palsu lebih mahal karena melewati beberapa orang.

"Arek-arek koyo Arifin jarang nerimo order langsung teko user, opo maneh pesene mek siji-loro, pasti gak dilayani,'' ujar Jonny. Itu terjadi karena si makelar takut pesanan tersebut merupakan jebakan aparat. Apalagi polisi memang beberapa kali membongkar bisnis pemalsuan identitas. (gun/c7/fat) 


Berita Selanjutnya:
Kemlu Selamatkan Gaji TKI

Belum meratanya distribusi e-KTP membuka peluang bisnis pemalsuan identitas. Buktinya, belakangan ini banyak masyarakat yang memanfaatkan jasa pembuatan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News