Sumpah Pemuda Dibungkus Nusantara Berdendang di Istana

Sumpah Pemuda Dibungkus Nusantara Berdendang di Istana
Arief Yahya. Foto: JPNN

Dari mulai musik tradisional Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, kawasan cross border, semuanya ada. Dan semua tamu yang hadir di Istana terlihat enjoy mendengarkan lantunan music tradisional yang diracik sangat apik itu.

Display wayangnya,  benar-benar out of the box. Bentuk, warna-warni, postur, asesoris yang ditampilkan sangat tak biasa. Beberapa di antaranya ada yang berbentuk  lima pulau besar di tanah air. Dari mulai display wayang berbentuk Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua, semua ada. Ada juga wayang raksasa setinggi 2,5 meter.

“Ini adalah buah perjalanan Wayang Ajen yang pernah tampil di 49 negara selama 17 tahun. Jadi warna-warna menarik di berbagai belahan dunia ikut dibawa ke Istana,” tambah Dalang Wawan.

Pengalaman manis saat mendapatkan penghargaan untuk penampilan terbaik di Festival de Titeres de Canarias 2009 Spanyol kembali dipertontonkan. Pesan-pesan sarat makna saat tampil di Yakutsk, Republik Sakha (Yakutia), Federasi Rusia, 2012 silam juga ikut disisipkan.

Interaksi aktif antara penonton, wayang dan dalang yang sempat diperlijhatkan di Yunani, Belanda, Perancis dan Italia juga tetap diperlihatkan.

Hasilnya? Serta merta tepuk tangan menggema. Pesan filosofi yang disampaikan dalam bentuk perang baratayudha tersampaikan. Seluruh penonton seakan sepakat bahwa Indonesia akan terus bersaing dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, dan mencari peluang untuk tampil sebagai bangsa pemenang.

“Ini seperti perang. Tapi perang yang ini kita terjemahkan dalam kerja, kerja kerja! Berkarya dan terus mencipta,” kata Wawan mengepalkan tangannya.

Dan saat menjelang klimaks, penonton kembali dibuat terdiam. Obrolan seputar semangat Nawacita membuat semua tamu undangan memandang dengan sorotan rasa penasaran. Selintas kemudian, tepuk tangan pun langsung terdengar. Semua kompak memberikan applaus untuk Wayang Ajen.

JAKARTA – Suasana Istana Merdeka Jakarta, 28 Oktober 2016 itu sangat beda. Halaman yang biasanya terkesan sepi manusia, hanya terlihat sosok

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News