Tempuh 30 Kilometer Jalan Berlumpur Tanpa Digaji Sepeser pun

Tempuh 30 Kilometer Jalan Berlumpur Tanpa Digaji Sepeser pun
Tenaga medis honerer di Puskesmas Kambowa tetap semangat bekerja, kendati tanpa digaji. Foto: Hadrian/Kendari Pos/JPNN.com

Bahkan, mereka sesekali harus berdinas malam demi merawat dan menjaga pasien yang dirawat inap agar segera pulih dari sakitnya.

Mereka rata-rata bermukim di kecamatan yang sama, hanya berbeda desa. Tapi setiap hari, perjalanan menantang harus mereka lakoni. Melintasi belantara, dengan medan tak ramah jadi menu harian.

Hanya harapan agar segera diangkat jadi honorer, dengan SK Bupati yang jadi impian terdekat mereka. Syukur-syukur bila suatu saat dipatenkan jadi PNS.

Rekan Enci, bernama Suhardipo juga punya cerita serupa. Bedanya, ia mengaku telah mengantongi SK Bupati dan telah mengabdi kurang satu tahun lebih sebagai tenaga honorer.

Gajinya Rp 300 ribu sebulan, meski itu juga dibayar pertriwulan. Alumni Unidayan Baubau ini menambahkan, kendati tak digaji sepeluh orang rekannya itu tetap aktif masuk kantor memberikan pelayanan.

Sementara itu, Bupati Kabupaten Buton Utara, Abu Hasan tak menampik, memang ada tenaga honorer tak mendapatkan gaji karena minimnya anggaran yang tersedia.

"Tenaga honorer yang mengajukan mendapatkan SK Bupati menumpuk. Kini tengah divalidasi dan disinkronkan apakah mereka bisa diangkat menjadi tenaga honorer atau tidak. Pertimbangannya kemampuan anggaran," ujar Abu Hasan.

Kendati demikian, Mantan Karo Humas Pemprov Sultra itu tetap mengimbau, kepala puskesmas agar memperhatikan nasib tenaga honorer melalui anggaran taktis untuk meringankan beban mereka. Ia pun berjanji, akan menyelesaikan masalah honorer yang tak mendapatkan gaji.

Sepuluh tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Kambowa, Buton Utara, Sulawesi Tenggara, sudah sekian lama berstatus honorer. Mereka menanti kebijakan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News