Terlintas untuk Pulang ke Rumah Menemui Keluarga, namun...

 Terlintas untuk Pulang ke Rumah Menemui Keluarga, namun...
Petugas DVI Polri melakukan identifikasi terhadap barang barang korban Lion Air JT 610 di JICT 2 pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (31/10/18). FOTO: FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS

Kondisi itu tidak membuat Astuti yang sudah bekerja melebihi jam kerja langsung pulang. ”Saya selesaikan dulu tugas merekap antemortem data gigi, baru bisa pulang. Saya sudah minta diberikan obat,” tuturnya.

Sejak kecelakaan nahas itu, Astuti juga mendapat berbagai pertanyaan dari teman-temannya. ”Ada teman dekat, teman Facebook, dan teman lama. Mereka merupakan teman dari korban,” urainya.

Kebanyakan pertanyaannya adalah apa yang harus dilakukan untuk bisa dilakukan identifikasi. Saat itu Astuti membuat daftar antemortem yang harus diserahkan. ”Daftar itu saya bagi ke yang bertanya, dari struktur gigi, sidik jari dari ijazah, dan sebagainya,” jelasnya. Saat itu belum terbentuk tim mana yang bertugas mengumpulkan data antemortem.

Astuti berinisiatif sendiri. Setidaknya ada sepuluh antemortem yang dia kumpulkan. ”Mereka foto semua antemortem itu, dikirim ke e-mail saya dulu. Begitu tim antemortem terbentuk, saya serahkan,” ujarnya.

Hal berbeda dirasakan pula oleh Kepala Laboratorium DNA Pusdokkes Polri Kombespol Putut Cahyo Widodo. Anggota tim DVI itu menuturkan, timnya bekerja 24 jam untuk bisa mengidentifikasi korban. ”Ya, hasilnya, 125 teridentifikasi dan 64 korban belum ditemukan,” terang dia.

Bagi dia, kesuksesan mengidentifikasi jenazah merupakan kebanggaan tersendiri. ”Zaman now, yang kami tes DNA-nya, tapi lama. Juga, risikonya, memang akhirnya diketahui ada yang belum ditemukan,” ujarnya. (*/c11/oni)

 


Anggota Tim DVI Polri mengutamakan tugasnya mengidentifikasi 125 korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News