Wahyu, 11 Tahun Terbaring dengan Batok Kepala Membelah

Wahyu, 11 Tahun Terbaring dengan Batok Kepala Membelah
KASIH IBU: Tursina Dewi, sabar dan telaten merawat Wahyu. Foto: M Fathra Nazrul Islam/JPNN.com

jpnn.com - Dia belum pernah merasakan keceriaan masa kecil. Bermain dan berlari dengan teman sebaya tak pernah dialami. Bahkan, berjalan sekalipun dia tak tahu apa rasanya. Wahyu Febriadi, selama 11 tahun hanya terbaring dan terbaring di tempat tidur itu, dibelit derita hydrocephalus yang mendera.

--------------------------

M Fathra Nazrul Islam, Jakarta

--------------------------

Wahyu, merupakan bungsu dari empat bersaudara. Dia lahir dari pasangan Solyadi (41) dan Tursina Dewi (41).

Wahyu lahir 17 Februari 2003. Namun sejak usia 2,5 bulan, gejala hydrocephalus sudah terlihat di ubun-ubunnya. Penyakit itu pula yang mengungkung pertumbuhannya hingga sekarang.

"Awalnya demam panas tinggi selama seminggu. Lalu dekat pusaran kepala keluar bintik merah membentuk lingkaran, semenjak itu membesar kepalanya," ungkap Tursina Dewi, sembari mengganti baju yang dikenakan Wahyu saat ditemui JPNN di rumahnya akhir pekan lalu, 25 Mei 2014.

Hydrocephalus yang diderita Wahyu terus berlanjut. Pertama keningnya menonjol. Setelah penuh, batok kepalanya perlahan membelah ke samping. Sementara di bagian ubun-ubun hanya dilapisi kulit kepala. Tubuhnya, kaki, tangan, juga hampir tak ada daging.

Dia belum pernah merasakan keceriaan masa kecil. Bermain dan berlari dengan teman sebaya tak pernah dialami. Bahkan, berjalan sekalipun dia tak tahu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News