Kisah Nayati, Saksi Hidup Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang

Aku Lihat Suamiku Dikeroyok, lalu Dia Menghilang

Kisah Nayati, Saksi Hidup Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang
Kisah Nayati, Saksi Hidup Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang
Minggu pagi lalu (6/2) menjadi hari memilukan yang tak akan pernah dilupakan Nayati. Dia adalah salah seorang saksi hidup peristiwa penyerangan ribuan orang terhadap jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Pada tragedi itu, Nayati menyaksikan suaminya dikeroyok dan dua saudara kandungnya dibantai hingga tewas.

 
===========================
  AGUS WIRAWAN, Pandeglang
===========================

 

BOLEH jadi, amuk massa di Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, pada Minggu lalu (6/2) merupakan klimaks kekesalan warga di sana. Seperti diberitakan sebelumnya, ribuan orang menyerang rumah Suparman, 43, pimpinan Ahmadiyah Pandeglang.

Sebelum penyerangan, di rumah tersebut dihelat pertemuan yang dihadiri jamaah Ahmadiyah dari daerah lain. Warga mengamuk karena sebelumnya sudah diperingatkan untuk tidak menggelar pertemuan. Tetapi, toh pertemuan tetap dilaksanakan. Bahkan, perintah warga untuk bubar diabaikan jamaah Ahmadiyah di rumah tersebut.

 

Sebenarnya kekesalan warga di sana terhadap Ahmadiyah sudah berlangsung lama. Bahkan, itu terjadi sejak Suparman kecil. Dijelaskan Badriyah, ayah Suparman yang bernama Matori, 70, adalah warga asli desa itu. "Dia adalah penganut Ahmadiyah sejak lama, sejak anak-anaknya masih kecil," cerita Badriyah yang rumahnya hanya berjarak tiga rumah dari rumah Suparman.

Minggu pagi lalu (6/2) menjadi hari memilukan yang tak akan pernah dilupakan Nayati. Dia adalah salah seorang saksi hidup peristiwa penyerangan ribuan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News