Akhirnya, PHDI Restui Jalan Layang

Soal Kondtroversi Jalan Layang yang Dianggap Tabu di Bali

Akhirnya, PHDI Restui Jalan Layang
Akhirnya, PHDI Restui Jalan Layang
Pedanda vokal ini menegaskan, jika teknologi untuk membuat nyaman kehidupan manusia sudah diadopsi dalam beragama. Misalnya merajan atau pura mulai dibangun bertingkat. Di bawahnya ada usaha dan rumah di atas pura. Begitu juga dengan jalan tinggi dengan tetap mengusahakan tidak melintasi pura-pura. ''Ketika tri murti bersifat horizontal, ada tri sakti yang bersifat vertikal, bertingkat. Jadi nggak ada masalah," sebut pedanda yang guru bahasa Inggris ini.

Soal munculnya pro-kontra, Pedanda Sebali menyebut bisa dijawab dengan sosialosasi. Berikan kesadaran pada umat agar mengerti betul akan program ke depan, termasuk jalan layang. Hindari provokasi, fitnah dan curiga. ''Tidak boleh ngugu pisuna (percaya fitnah), jangan bertengkar. Mari berdebat yang baik demi pembangunan yang baik. Berdebat untuk membuat kebaikan, tidak untuk menggagalkan sesuatu yang tidak cocok dengan prinsip pribadi," sebutnya.

Tahun 1993, lanjut Pedanda Sebali, sudah sempat mengusulkan jalan bawah tanah. Bahkan jangan takut biaya besar. Biaya akan menjadi murah jika bisa menghilangkan korupsi. ''Kalau dikorupsi terus, jelas terus kurang," sentil pedanda yang kerap kocak dalam berpidato ini.

Kata Pedanda Sebali jalan merupakan simbol dari bhuana agung yang berkuasa di dunia. Sehingga ada ungkapan hati-hati di magra agung (di jalanan). Saat ini jalan di Bali penuh kemacetan. Setiap orang mudah emosi di jalanan, kadang-kadang bisa kecelakaan. Sehingga intelektual atau Jnana pada manusia Bali dikedepankan dengan alam kebijaksanaan.

DENPASAR - Jalan layang yang seakan tabu di Bali, mulai mendapatkan lampu hijau dari lembaga umat tertinggi Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News