Gunung Agung Erupsi

Asalkan Masih Bersama-sama, Kabar Buruk pun Tidak Masalah

Asalkan Masih Bersama-sama, Kabar Buruk pun Tidak Masalah
Ngurah Ma (bertopi) di Pengungsian Bajar Pringalot, Rendang Karang Asem Bali. FOTO: SAHRUL/JAWAPOS

Ketika Jawa Pos menyambangi keluarga Ngurah Ma, mereka sudah tidak mengungsi di kantor eks Bank Dagang Bali. Melainkan sudah berada di lokasi pengungsian kedua di Banjar Pringalot, Karangasem.

’’Kami di sini sejak 5 Oktober,’’ ujarnya.

Keputusan pindah dari lokasi pengungsian pertama ke lokasi pengungsian kedua tidak lain didasari perasaan ingin selalu dekat rumah. Tetap bersama-sama. Utuh satu keluarga.

Alasan lain yang juga membuat mereka pindah dari Klungkung ke Karangasem adalah kembalinya pengungsi yang berasal dari KRB I dan II ke rumah masing-masing. Begitu status Gunung Agung diturunkan dari awas ke siaga, memang banyak yang memilih pulang.

Pikir Ngurah Ma, mereka sudah pasti tidak lagi menempati lokasi pengungsian. Sehingga tempat yang semula penuh pengungsi di Karangasem pasti sudah ditinggalkan.

Benar saja, beberapa banjar di Kecamatan Rendang sudah tidak dijadikan lokasi pengungsian. Melihat kesempatan itu, dia langsung meminta izin kepada aparat kecamatan.

’’Kami dapat di sini. Tidak sebesar pengungsian di Klungkung. Tapi, cukup untuk kami semua,’’ ungkapnya, lalu tersenyum.

Di banjar itu, dia bersama 118 keluarga lainnya kini tinggal. Mereka sadar, lebih dari dua bulan menjadi pengungsi belum apa-apa. Sebab, mereka percaya, butuh waktu lama untuk sampai bisa kembali ke rumah di Besakih.

Pidada yang ketika itu berusia 12 tahun tak mungkin lupa karena bertepatan dengan itu, Gunung Agung meletus.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News