Omicron

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Omicron
Ilustrasi. Varian Omicron masuk ke Indonesia. Foto: Ricardo/JPNN.com

Di Jerman hal yang sama terjadi. Klub besar seperti Bayern Muenchen pusing karena pemain-pemain utamanya terjangkiti Omicron.

Publik sepak bola Eropa berpesta pora selama perhelatan Piala Eropa Juli 2021. Perhelatan yang diselenggarakan di 11 stadion di seluruh Eropa itu berlangsung nyaris tanpa protokol kesehatan.

Kalau ada protokol, itu pun terlihat sebagai formalitas saja. Puluhan ribu orang berdesakan tanpa jaga jarak dan tanpa masker di dalam stadion.

Pada saat itu di Indonesia sedang mengalami puncak masa penularan varian Delta yang menewaskan ratusan orang. Penularan varian baru itu sangat cepat dan ganas seolah tidak terbendung. Indonesia mengalami krisis kesehatan yang mengerikan.

Semua rumah sakit penuh. Puluhan pasien bergeletakan di serambi dan halaman rumah sakit.

Tenda-tenda darurat didirikan untuk menampung pasien. Tabung oksigen menjadi barang mewah yang sangat sulit didapat. Setiap hari kita mendengar empat atau lima orang kerabat yang meninggal terserang varian Delta.

Pada kondisi puncak penularan Delta ini Eropa justru tengah berpesta penuh euforia. Kita yang berada di Indonesia gemas dan iri dengan keadaan di Eropa. Banyak yang menyangka bahwa herd immunity, kekebalan kelompok, telah tercapai di Eropa. Benua Biru itu telah bebas dari serangan pagebluk.

Ternyata tidak. Varian Omicron muncul dari tempat yang tidak diperkirakan sebelumnya. Selama krisis pandemi, Benua Afrika seolah menjadi ‘’save zone’’, daerah aman, yang relatif tidak tersentuh.

Kita harus bersiap-siap menerima kedatangan Omicron dengan segala risiko terburuknya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News