Gunung Agung Erupsi

Omongan Pejabat Logistik Pengungsi Aman, Nyatanya

Omongan Pejabat Logistik Pengungsi Aman, Nyatanya
Pengungsi asal Dusun Sukaluwih, Desa Amerta Bhuana mengungsi di Banjar Kebon, Desa Lokasari, Kecamatan Sidemen belum mendapat bantuan logistik hingga Jumat (1/12). Foto: I MADE MERTAWAN/BALI EXPRESS/JPNN.com

jpnn.com, KARANG ASEM - Ada yang berbeda dengan penyataan logistik aman dengan hal yang dirasakan pengungsi Gunung Agung.

Kala para pejabat menyatakan pasokan logistik terpenuhi, namun berkebalikan yang dialami posko pengungsi di Banjar Kebon, Desa Lokasari, Kecamatan Sidemen, Karangasem.

Di balai banjar itu ada sekitar 150 warga asal Dusun Sukaluwih, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat. Mereka kembali mengungsi setelah Gunung Agung mengalami erupsi 21 November 2017.

Sayangnya setelah tinggal di posko pengungsian, mereka tak dapat pasokan logistik. Warga hanya mengandalkan stok logistik saat mengungsi status Awas sebelumnya. Itu pun sebatas beras dan mie instant.

“Dari 21 November belum ada logistik,” ujar pengungsi, I Kadek Sumerti seperti yang dilansir Bali Express (Jawa Pos Group), Sabtu (1/12).

Pengungsi yang kedua lengannya dipenuhi tato itu menegaskan, lauk pauk dibeli masing-masing pengungsi. Sebagian besar beli yang sudah matang. Kalau beli mentahnya, mereka kesulitan memasak karena pasokan gas LPG juga tidak ada dari pemerintah.

Untuk sekadar memasak nasi dan bikin air hangat, mereka mencari kayu bakar di sekitar posko pengungsian. Kondisi itu sudah pernah disampaikan kepada kepala dusun di Desa Lokasari, termasuk aparat desa di Amerta Bhuana.

“Tapi sampai sekarang tidak ada pasokan,” ucap Sumerti dibenarkan warga lainnya, Ni Komang Abing, Ni Wayan Gasirani, dan beberapa warga lainnya.

Kala para pejabat menyatakan pasokan logistik terpenuhi, namun berkebalikan yang dialami posko pengungsi di Banjar Kebon

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News