Pesan 'Victory' di Media Luar Negeri

Pesan 'Victory' di Media Luar Negeri
PALESTINA - Sebagian di antara ratusan pelajar Persatuan Ummat Islam, saat melakukan aksi mengutuk Israel, Kamis (3/6) lalu. Mereka meminta PBB mengeluarkan resolusi terkait kebiadaban Israel, serta meminta jaminan kemerdekaan penuh bagi Palestina dari cengkeraman negara Yahudi itu. Foto: Muhamad Ali/Jawa Pos.
Setelah tentara Israel menguasai kapal, para aktivis pun diborgol dan dikumpulkan di salah satu dek Mavi Marmara. Selama 15 jam kapal tersebut berada di laut. Selama itu pula, setiap beberapa jam tawanan dipindahkan dari satu ruang ke ruang lain.

Akhirnya, pada Senin pukul 21.00, mereka merapat di Ashdod, kota pelabuhan Israel. Setelah itu, mereka dipindahkan ke ruang tahanan dan diinterogasi secara maraton. Selama ditahan, para aktivis tidak diberi makanan dan minuman. Mereka juga dilarang salat. Mulut beberapa aktivis yang berteriak dan melawan disumpal.

Ferry mengatakan, hampir semua di antara 12 relawan Indonesia dipaksa menandatangani surat dan memberikan keterangan. Namun, tidak ada seorang pun yang bersedia buka mulut dan menuruti keinginan militer Israel.

Sebelum insiden itu, Ferry sendiri dan rombongan Kispa telah sempat sukses masuk ke Gaza, tepatnya pada Januari-Februari 2009 lalu. Ferry bahkan pernah tinggal lima hari di Gaza. Saat itu dia masuk lewat Rafah, perbatasan antara Mesir dan Palestina.

PENYERANGAN atas kapal Mavi Marmara dalam rombongan Freedom Flotilla, Senin (31/5) lalu dan penghadangan kapal MV Rachel Corrie, Sabtu (5/6) lalu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News