Petani Garam Meradang, Gemerincing Ringgit Lebih Menggiurkan

Petani Garam Meradang, Gemerincing Ringgit Lebih Menggiurkan
Tambak garam. Foto: Dok. Timor Express/JPNN.com

jpnn.com - Mengurus garam saja, pemerintah tak kuasa. Padahal, barang asin ini tak tergantikan di meja makan. Kala garam langka, harga menjulang meraja lela. Padahal, sebagai daerah dengan garis pantai yang panjang, mestinya pasokan garam NTB tiada kurang. Ini bukti garam NTB sudah urus. Jangan heran, jika petani garam meradang terus.

Bangunan itu kini musnah! Yang tersisa cuma lembaran-lembaran tembok batu bata menuding langit. Atap asbes telah terbang. Tersisa pecahannya yang kini tengkurap di lantai.

Kusen pintu dan jendela meregang. Daun pintu rusak dan berlubang. Sementara sebuah gudang penyimpanan merana tiada tara. Hanya menjadi tempat pesta pora laba-laba dengan jaring perangkap yang tak tahu adat.

Kalau tidak dari sebidang papan, mungkin orang tak akan mengenal bangunan ini. Rasanya hanya itulah yang menjadi penanda, betapa bangunan ini ternyata dulu adalah sebuah pabrik yang pernah jaya. Papan petunjuk itu berisi tulisan tangan tentang teknik pencucian garam, serta instruksi tata cara penirisan garam.

Benar. Ini memang pabrik garam. Pemiliknya memberi nama “Tanjung Karya”. Pabrik dibangun di atas lahan seluas 25 are di Dusun Kedome, Desa Ketapang Raya, Keruak, Lombok Timur.

Saking pentingnya ini pabrik, dulu diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri. Tepatnya tahun 1998. Prasasti peresmiannya yang kini dibiarkan kelabu, masih tersimpan di kompleks pabrik. Raden Hartono, Menteri Dalam Negeri kala itu, membubuhkan tanda tangannya di sana.

Memang masih ada bangunan di kompleks pabrik itu yang bisa difungsikan. Bekas kantor pabrik itu misalnya kini dimanfaatkan warga setempat menjadi taman kanak-kanak. Tidak jauh dari gudang juga ada koperasi, tapi yang ini nasibnya sama nahasnya dengan pabrik garam.
”Saat pabrik masih beroperasi kampung ini hidup,” tutur Hambali, pria 60 tahun yang ditemui Lombok Post (Jawa Pos Group) di sana akhir pekan lalu.

Hambali adalah saksi sejarah, betapa pabrik itu dulu pernah jaya dan bergairah. Hambali pula saksi mata, betapa pabrik itu akhirnya kini tinggal nama. Hambali, adalah salah seorang pekerja di Pabrik Garam Tanjung Karya.

Mengurus garam saja, pemerintah tak kuasa. Padahal, barang asin ini tak tergantikan di meja makan. Kala garam langka, harga menjulang meraja lela.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News