Ruhut-Sutan Harus Saling Tendang, Yani Terancam

Pertarungan Caleg Incumbent yang Nyaring Suaranya

Ruhut-Sutan Harus Saling Tendang, Yani Terancam
Ruhut Sitompul. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Penentuan perolehan kursi masing-masing partai, termasuk jatah kursi untuk calon legislatif (caleg) yang berhak mendapatkannya, kini masih dalam proses awal.

Namun, berdasar estimasi penghitungan yang dilakukan sejumlah lembaga, gambaran mulai terlihat. Sejumlah incumbent anggota dewan ternyata beberapa justru berada dalam posisi kritis.
       
Termasuk, diantaranya beberapa anggota dewan yang selama ini rajin muncul di hadapan publik. Dua anggota DPR dari Partai Demokrat Ruhut Sitompul dan Sutan Bhatoegana, di antaranya. Kedua politisi yang dikenal kontroversial itu berada di satu daerah pemilihan (dapil), yaitu dapil Sumatera Utara (Sumut) I.
       
Berdasar penghitungan perolehan kursi yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang diunggah di website-nya, Demokrat diprediksi hanya akan mendapat satu kursi di sana.

Pada Pemilu 2009 lalu, partai berlambang bintang mercy itu berhasil mendudukkan 4 wakilnya di parlemen. Yaitu, Abdul Wahab Dalimunthe, Sutan Bhatoegana, Sri Novida, dan Jafar Nainggolan.
       
Praktis, karena diperkirakan hanya akan mendapat satu kursi, pertarungan antar caleg sesama Demokrat tentu sangat ketat. Bukan hanya Sutan dan Ruhut yang sebelumnya terpilih dari dapil Sumut III, namun tiga caleg incumbent Demokrat juga masih maju. Ditambah lagi, dengan kedatangan Ramadhan Pohan yang pada pemilu lalu terpilih sebagai anggota DPR dari dapil Jatim VII.

"Optimis dong, sudah terbayang periode kedua di DPR nanti," kata Ruhut. Menurut kepercayaan dirinya itu didasarkan pada hasil Pemilu 2009. Pada saat di dapil Sumut III terdahulu, dirinya bukan nomor urut 1, tetapi justru mendapat suara terbanyak. "Apalagi sekarang di nomor 1, Bapak SBY berikan reward, dia tetapkan Ruhut di nomor satu," imbuhnya dengan gaya khasnya.
       
Meski demikian, Sutan tetap bukanlah lawan yang ringan. Meski belakangan sedang terbelit kasus di KPK, anggota DPR dua periode itu cukup memiliki basis di dapil Sumut I. Dia merupakan caleg dengan suara terbanyak pada pemilu lalu.

Selain itu, meski akhirnya gagal mendapat rekomendasi DPP, yang bersangkutan sempat menjajaki kemungkinan maju sebagai cagub Sumut pada pilgub lalu.
       
Berbeda, politisi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) justru diyakini akan kembali melenggang mulus ke parlemen. Putra bungsu Presiden SBY itu pada pemilu kali ini kembali maju dari dapil Jatim VII. Berdasar estimasi penghitungan kursi yang dilakukan SMRC, di dapil tersebut Demokrat akan mendapat dua kursi, sama dengan perolehan PDIP.
       
Bahkan seperti pemilu sebelumnya, Ibas juga terbuka peluang cukup besar kembali mencetak sukses sebagai caleg dengan suara terbanyak nasional. Pasalnya, sesuai hitung cepat yang dilakukan SMRC, Demokrat di dapil tersebut tetap mempertahankan dominasinya di urutan pertama dukungan pemilih. Yaitu, sekitar 20,8 persen atau mengungguli PDIP yang mendapat suara sekitar 17,2 persen. "
       
Incumbent lainnya yang di posisi rawan terpilih lagi adalah anggota Komisi III dari PPP Ahmad Yani. Politisi yang kerap mengkritisi KPK itu maju kembali dari dapil Sumsel I. Berdasar estimasi penghitungan kursi yang dilakukan SMRC, PPP di dapil tersebut diperkirakan pada pemilu kali ini tidak mendapat kursi sama sekali.
       
Sejumlah caleg incumbent yang duduk di Komisi III DPR RI masih memiliki peluang untuk lolos. Dari prediksi yang dilakukan SMRC, anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo dari Partai Golongan Karya yang bertarung di daerah pemilihan Jawa Tengah VII memiliki peluang untuk lolos. Partai Golkar kemungkinan akan memiliki satu kursi dari dapil yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen itu.
       
Anggota Komisi III Sarifuddin Sudding dari Partai Hati Nurani Rakyat juga berpeluang lolos. Bertarung di dapil lamanya di Sulawesi Tengah, raihan elektabilitas Partai Hanura mencapai 10,7 persen, atau di posisi keempat dari 12 parpol peserta pemilu. Anggota Komisi III Fahri Hamzah juga berpeluang lolos, karena raihan suara Partai Keadilan Sejahtera di Nusa Tenggara Barat lumayan tinggi, meraih elektabilitas 12,7 persen di bawah Partai Golkar di posisi pertama.
       
Duta Buruh Migran yang juga anggota Komisi IX dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka, juga akan melenggang mulus. PDIP di dapil Jawa Barat VII yang meliputi Kab Purwakarta, Karawang, dan Kabupaten Bekasi. Anggota Komisi II DPR Nurul Arifin dari Partai Golkar juga diprediksi akan lolos dari dapil yang sama dengan Rieke.
       
Sebagai informasi, hasil survei milik SMRC hanya mencakup elektabilitas parpol di setiap dapil, tidak menyentuh raihan suara setiap caleg. Prediksi yang disampaikan bisa saja meleset, karena untuk menentukan caleg yang lolos ke DPR, tidak hanya melihat suara partai di dapil, tapi juga raihan suara caleg di dapil yang terkait.
      
Kursi DPR akan didapat oleh caleg yang nomornya mendapat coblosan suara terbanyak. Jika satu parpol mendapatkan jatah lebih dari satu kursi, caleg yang mendapat suara terbanyak selanjutnya yang akan mendapat kursi, demikian seterusnya. Hasil riil akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum selambat-lambatnya 30 hari setelah pemungutan suara pileg. (dyn/bay)


JAKARTA - Penentuan perolehan kursi masing-masing partai, termasuk jatah kursi untuk calon legislatif (caleg) yang berhak mendapatkannya, kini masih


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News