Wardah

Oleh Dahlan Iskan

Wardah
Dahlan Iskan dan Wardah. Foto: disway.id

Sandalnya biasa saja. Tidak jelek. Juga tidak mahal. Saya sebut sebagai sandal fungsional: yang penting enak dipakai. Dan sehat untuk struktur tulang pemakainya.

“Bu…”, tanya saya saat berdua di dalam mobil. Agak hati-hati. “Kok ibu tidak pakai make up?”

“Ya… pakai lah pak… cuma tipis. Saya kan sudah berumur,” jawabnya.

Saya tatap kembali wajahnya. Kali ini tidak hanya sesapuan. Oh iya… pakai make up. Tipis. Lipstik juga. Tipis.

Ada banyak kebetulan, eh pertolongan Tuhan, yang beliau ceritakan. “Tahun 2009 saat kami me-relaunching Wardah hijaber lagi booming,” katanya.

Demikian juga saat terjadi musibah kebakaran di rumahnya. Yang juga ‘pabrik’ kosmetiknya.

Saat itu bank lagi punya program menggalakkan kredit untuk usaha kecil. Wardah minta kredit Rp 50 juta. Justru diberi Rp 140 juta.

Saat itu, tahun 2002, Wardah baru saja mulai ingin punya pabrik. Agar jangan industri rumahan lagi. Eh, rumahnya terbakar. Yang di pinggiran Jakarta Selatan itu.

Saat itu, tahun 2002, Wardah baru saja mulai ingin punya pabrik. Agar jangan industri rumahan lagi. Eh, rumahnya terbakar. Yang di pinggiran Jakarta Selatan itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News