Warga Dekat Gunung Agung Terpaksa Panen Lebih Awal

Warga Dekat Gunung Agung Terpaksa Panen Lebih Awal
Ni Made Sariasih saat memetik buah kelapa miliknya lebih awal karena takut terkena abu vulkanik. Foto: Dewa Rastana/Bali Express

jpnn.com, BALI - Masyarakat yang memiliki lahan di Kawasan Rawan Bencana (KRB) I, II, dan III Gunung Agung, Bali harus memanen apa saja yang mereka punya lebih awal agar mereka tetap merasakan hasil panen.

Di sisi lain, sebagian besar tanaman mereka juga layu akibat diguyur hujan abu beberapa hari yang lalu.

Seperti halnya yang dilakukan Ni Made Sariasih, 44, warga Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Karangasem yang terpaksa memetik seluruh buah kelapa yang dia punya di kebunnya, meskipun belum waktunya untuk memanen. “Mumpung ada waktu, saya petik saja semuanya daripada nanti kena abu atau awan panas,” ujarnya seperti dikutip dari Bali Epress, Juma (8/12).

Sariasih dibantu oleh dua orang saudaranya kemudian pulang ke rumahnya pada pagi hari untuk memetik buah kelapa dari sepuluh pohon yang ia miliki, dan pada sore hari dia kembali ke pengungsian di Posko Balai Banjar Desa Menanga Kawan. Selanjutnya buah kelapa yang ia petik dijual kepada pengepul langganannya. “Belum tahu apa dibeli dengan harga normal atau lebih murah, pasrah saja. Asal tidak rugi total,” lanjutnya.

Dia menambahkan, jika banyak tanaman milik saudaranya yang juga tersiram abu vulkanik yang mengakibatkan tumbuhan layu, padahal banyak yang akan menjelang panen. “Seperti tanaman cabai kakak saya, semuanya layu kena abu, padahal beberapa minggu lagi akan panen,” tandas Sariasih.

Panen lebih awal juga dilakukan oleh Ketut Adi, yang memiliki tanaman padi di Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang. Ia terpaksa panen lebih awal setelah erupsi Gunung Agung beberapa hari yang lalu, karena tanaman padinya diguyur abu vulkanik. “Biasanya sekali panen saya dapat 20 ton beras, sekarang paling hanya 10 ton karena banyak yang layu kena abu,” paparnya.

Tak hanya itu, menurunya hasil panen yang ia dapat juga disebabkan karena perawatan padi yang kurang karena ia bersama keluarganya harus mengungsi pasca status Gunung Agung naik menjadi Awas pada bulan September 2017 lalu sebelu erupsi. “Karena mengungsi waktu itu jadinya pemupukannya kurang, dan perawatannya tidak rutin,” lanjutnya.

Maka dari itu ia pun memilih memanen padinya lebih awal sekitar dua minggu agar bisa tetap menikmati hasil panen meskipun merugi. (bx/ras/yes/jpr)


Sebagian besar tanaman mereka sudah layu akibat diguyur hujan abu Gunung Agung.


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News