Keliling Pretoria yang Tak Lagi Ramai

Keliling Pretoria yang Tak Lagi Ramai
DAMAI - Salah satu sudut Pretoria setelah tak lagi menjadi host pertandingan. Anak-anak tampak bermain bola dengan santai di Emerald Street Park. Foto: Yuyung Abdi/Jawa Pos.
Karena tak boleh masuk ke Stadion Loftus, saya memutuskan untuk mengelilingi Kota Pretoria. Kota ini memang tak sesibuk Johannesburg. Pretoria hanya dihuni sekitar 1 juta penduduk. Jika Johannesburg dikhususkan sebagai kota bisnis, Pretoria dijadikan sebagai ibukota administratif, sekaligus sebagai kota pelajar.

Sejumlah bangunan bersejarah dengan cita rasa arsitektur klasik tingkat tinggi, berada di kota itu. Misalnya yaitu monumen Voortrekker yang berlokasi di sebelah barat laut pinggir kota. Monumen ini dibangun untuk memperingati kisah para pejuang yang melarikan diri dari otoritas Inggris di Provinsi Cape. Saat itu mereka berjalan sejauh 1.000 mil dengan kereta lembu.

Bangunan yang tak kalah megah dan besarnya adalah Union Buildings. Lokasinya tak seberapa jauh dari Stadion Loftus, yakni di sebelah utaranya. Gedung berarsitektur seperti bangunan megah di Eropa yang selesai dibangun sejak 1913 ini sampai sekarang dijadikan sebagai markas administratif Afrika Selatan. Di sinilah tempat tinggal presiden dan kantor-kantor perwakilan negara asing.

Di sebut Union Buildings, karena gedung itu dibangun untuk memperingati penyatuan negara. Karena itu, gedung tersebut punya dua sayap: yang satu mewakili Afrikaaner, serta satunya lagi mewakili populasi Inggris. Saya pernah ke Roma. Sekilas, bangunan di Union Buildings itu terlihat mirip dengan arsitektur bangunan-bangunan kuno di Kota Roma.

SETELAH tak lagi menjadi host pertandingan piala dunia, Kota Pretoria terlihat lengang. Tak ada lagi tiupan vuvuzela di jalan-jalan, dan tak ada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News